Home » » Khutbah; 7 kunci melatih diri

Khutbah; 7 kunci melatih diri

Written By Unknown on Monday, April 8, 2013 | 7:39 PM



Ramadhan telah usai, semoga puasa benar-benar menjadikan kita hamba yang bertaqwa, orang yang senantiasa menghindari larangan-larangan-Nya. Bersama perginya bulan yang mulia itu banyak orang merasa bimbang dan ragu dan saling bertanya ‘Lalu apa lagi selanjutnya, apa lagi yang harus kita lakukan?’ seolah mereka menganggap bahwa beramal hanya pada bulan Ramadhan. Padahal tidak demikian.

الحمد لله الذى عاد علينا نعمه فى كل نفس ولمحات وأسبغ علينا ظاهرة وباطنة فى الجلوات والخلوات. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له الذى امتن علينا لنشكره بأنواع الذكر والطاعات. وأشهد أن محمدا عبده ورسوله سيد الأنبياء والمرسلين وسائر البريات. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه أهل الفضل والكمالات. اما بعد فيا أيها الناس اتقوا الله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون   
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah di bulan syawal ini kita tingkatkan ketaqwaan kita dengan menjaga kesucian jiwa sebagai seorang hamba yang baru dilahirkan di hari yang suci idul fitrri. Tentunya setelah sebulan penuh kita menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Marilah kertas yang masih putih bersih ini kita jaga dari coretan dan noda. Sebisa mungkin kita jauhkan diri kita dari perbuatan yang dianggap tabu oleh syariat agama. Semoga Allah swt mempermudah usaha kita dalam menjaga diri dan keluarga kita dari api neraka. Amien.

Jama’ah yang berbahagia
Tak terasa telah berlalu bulan Ramadhan yang paling mulia. Bahkan hiruk pikuk lebaran tinggal sisa-sisa saja. Baju baru telah dipakai berkali-kali, hingga hilang sifat ke-baruannya. Kue lebaran tertinggal tipis di dalam tempatnya. Halal bi halal dan saling memaafkan telah dilaksanakan, mengurangi dosa haqqul adami di dunia. Alhamdulillah atas nikamtnya, kita masih menjumpai lebaran tahun ini. Semoga juga dapat bersua dengan lebaran tahun depan.

Lantas apakah ini berarti misi telah usai dan tugas telah beres? Dan kita menunggu Ramadhan tahun depan lagi? tidak. Misi belum tuntas. Berhamba kepada Allah swt tidak mengenal batas waktu dan usia. Banyak pekerjaan yang harus kita lakukan setelah Ramadhan sebagaimana banyaknya bujukan syaitan kepada manusia. Jika Ramadhan telah berhasil membuat diri kita kembali fitri dan suci, maka pekerjaan utama di bulan syawal ini adalah menjaga kesucian diri dengan menghindari berbagai larangan syariat dan menjalankan perintah agama.
Jika puasa telah menjadikan kita sebagai orang yang bertaqwa, orang yang senantiasa menghindari larangan-larangan-Nya, maka setelah bulan puasa ini kita harus meningkatkan diri dengan cara menjaga ketaqwaan itu dan menambahkan rasa takut (kahuf) kita kepada Allah swt. Sebagaimana diperintahkan oleh Allah dalam Ali Imran

فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
Ayat di atas menerangkan bawasannya takut kepada Allah merupakan syarat utama menjadi seorang mukmin sejati, tidak ada tawaran didalamnya. Seorang mukmin sejati, yaitu orang yang takut kepada Allah swt di dunia maka ia akan mendapatkan jamianan keamanan oleh Allah di hari akhirat. Begitu pula sebaliknya orang yang merasa aman (tidak takut kepada Allah) di dunia maka allah akan menakutinya di akhirat nanti. Begitu bunyi sebuah hadits qudsi.
وعزتي لا أجمع على عبدي خوفين ولا أجمع له أمنين ، إذا أمنني في الدنيا أخفته يوم القيامة ، وإذا خافني في الدنيا أمنته يوم القيامة
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Dengan demikian jelas sudah bahwa tugas kita selanjutnya adalah menjaga ketaqwaan yang telah kita pelajari selama Ramadhan dan meningkatkannya menjadi rasa takut (khauf) kepada Allah swt. lalu bagaimanakah langkah menuju khauf itu, apa tehnik praktisnya?

Abu Laits berkata bahwa untuk melatih diri menjalani perasaan khauf kepada Allah ada tujuh hal yang harus ditekuni. Pertama adalah lisan. Artinya lisan harus senantiasa takut kepada Allah swt dengan menjaganya agar tidak terperososk ke dalam kebohongan, pergunjingan, dan banyak bicara. Sibukkanlah lisan kita dengan berdzikir kepada Allah swt. Kedua adalah hati. Artinya hati haruslah takut kepada Allah dengan cara membersihkan berbagai penyakitnya seperti permusushan, kejahatan dan hasud. Karena seseungguhnya hasud (dengki) adalah penyakit paling berbahaya dalam hati. hasud dapat menghilangkan pahala kita sebagaimana api menghabiskan kayu bakar. Ketiga adalah mata. Artinya Mata harus merasa takut kepada Allah swt dengan cara menghindarkannya dari melihat berbagai makanan dan minuman yang diharamkan. Serta menghindarkannya dari kesenangan melihat kemewahan dunia, kalaupun melihat dunia, itu dilakukan dengan penuh tafakkur. Keempat adalah perut. Perut harus merasa takut kepada Allah dengan cara menghindari berbagai makanan yang haram walaupun hanya satu suapan. Karena ketika perut mengandung sesuap makanan haram, maka semua malaikat di langit dan bumi akan melaknatnya, dan ketika mati maka neraka jahannamlah tempatnya.
إذَا وَقَعَتِ اللُقْمَةُ مِن حَرامٍ في جَوفِ العَبْدِ لَعَنَهُ كُلُّ مَلَكٍ في السَّماوَاتِ وَالأرْضِ، وَما دَامَتِ اللُّقْمَةُ في جَوفِهِ لا يَنْظُرُ اللهُ إليَهِ، وَمَنْ أَكَلَ لقْمَةً مِن الحَرامِ فقَدْ باءَ بِغَضَبٍ منَ اللهِ فإنْ تابَ تابَ اللهُ عَلَيهِ وإنْ ماتَ فالنّار أوْلى بهِ.
Yang Kelima adalah tangan. Tangan harus merasa takut kepada Allah, jangan pergunakan tangan untuk bermaksiat kepada-Nya tapi manfaatkanlah tangan itu untuk taat kepada-Nya.
Keenam adalah telapak kaki. Gunakanlah telapak kaki ini untuk berjalan menuju kepada ridho-Nya dan jangan sekali-kali digunakan menuju kedurhakaan. Dan terakhir adalah taha’t kepada Allah dengan hati yang tulus ikhlas.
Dengan demikian Abu Laits telah memberikan satu petunjuk praktis mempelajari khauf. Semoga kita semua diberi kekuatan dan kemudahan oleh Allah dalam pendakian menuju puncaknya. Ya Allah kami hambamu ini bukanlah orang yang dapat dengan mudah merasa takut kepada mu, tapi apa susahnya bagi-Mu mempermudah perasaan itu hadir dalam diri kami…amien
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

By Ponpes Al Huda Wat Tuqo. Powered by Blogger.


 
Support : http://www.cecep-suherman.blogspot.com Copyright © 2013. Ponpes Al- Huda Wat Tuqo - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by Santri Al Huda Wat Tuqo